Saturday, May 17, 2014

Review Film #Republik Twitter


Editor Note:
Abis nonton film #Republik Twitter. Film yang keren dan saya suka sama tokoh utamanya, mas Sukma a.k.a Abimana Aryasatya dan mbak  Dyah Hanum Farani a.k.a Laura Basuki. Dua tokoh memerankan perannya dengan baik dan luar biasa ya, menurut saya. Berikut review dari berbagai sumber yang saya rangkum.

1. republiktwitter.com
Di Twitter, Sukmo adalah seorang cowok yang asik, cerdas dan penuh kepercayaan diri. Dia tampak ganteng di timeline twitter, membuat Sukmo mudah berkenalan dengan siapa saja, termasuk Hanum seorang wartawati cantik dan mapan. Hubungan keduanya yang semakin dekat, membuat Sukmo yang tinggal di Jogja memutuskan untuk menemui Hanum demi sebuah komitmen ke Jakarta.
Ternyata Sukmo berhadapan dengan kenyataan bahwa di dunia nyata semuanya tidak mudah. Kepercayaan dirinya runtuh ketika melihat sosok Hanum yang benar-benar cantik dan elegan, berbeda dengan dirinya yang hanya ganteng di timeline.
Menunda pertemuannya dengan Hanum, Sukmo bertekad mengubah dirinya menjadi “cowok” Jakarta. Bekerja di warnet milik Belo yang disebutnya sebagai kantor konsultan komunikasi, Sukmo berusaha menjadi laki-laki yang dipikirnya pantas mendampingi Hanum.
Apakah semua yang dibayangkan Sukmo sesuai dengan yang diinginkan Hanum?

2. id.wikipedia.org

Berlatar belakang kegilaan anak muda akan Twitter dan jejaring sosial, #RepublikTwitter adalah cerita tentang Sukmo (Abimana Aryasatya), lelaki jogja yang ambisius, lucu dan cerdas. Sukmo menjalani kesehariannya leih banyak di belakang komputer, hingga ia jatuh cinta kepada Hanum (Laura Basuki), perempuan cantik yang pemurung, yang dikenalnya juga melalui twitter. Bagi Sukmo, dunia twitter adalah dirinya, apa adanya. sedang bagi Hanum, twitter adalah bentuk pelariannya, alter ego bagi keceriaan yang tidak pernah muncul di hari-harinya. Mereka dekat dan berkisah, tapi, dunia maya tak akan pernah memuaskan siapa pun yang benar-benar hidup di dunia nyata. Dan ternyata Sukmo masih menapakkan kakinya di dunia nyata, ia ingin bertemu dengan Hanum. Sukmo berangkat Jakarta, bersama sahabatnya, Andre (Ben Kasyafani).
Sukmo lupa satu hal, ada kelas sosial di dunia nyata, dan itulah yang baru dia sadari ketika bertemu dengan Hanum. Selanjutnya adalah kerja keras Sukmo untuk membuat dirinya lebih terlihat, lebih percaya diri dan dekat dengan Hanum. menjadi seseorang yang setara dengannya. Sukmo bekerja di bidang yang menjadi keahliannya, bisnis 140 karakter di Twitter. Tapi inilah yang menjebak dirinya ke dalam pasir hisap yang semakin mengikat, Bisnis pencitraan politik berbasis jejaring sosial yang digawangi Kemal (Tio Pakusadewo) dan Belo.
Perjalanan cinta Sukmo mendapat ujian yang berat. Tapi begitulah cara meraih mimpi, dengan pengorbanan. Bersama Andre dan kekasihnya Nadya (Enzy Storia), Sukmo berjuang untuk apa yang selama ini maya, menjadi nyata: Hanum.
3. imdb.com


4. hiburan.kompasiana.com
Sudah lama saya tidak menonton film yang punya kedekatan secara emosional ataupun profesional. Bahkan rasanya baru kali ini deh menyaksikan film (buatan Indonesia pula) yang sukses membuat saya menertawakan diri sendiri. Makanya ketika kemarin mendapatkan kesempatan menyaksikan Gala Premier Republik Twitter saya sangat menikmatinya.
Linimassa (mungkin) lebih dulu mengangkat tema twitter ke format film, dengan membahas pemanfaatan twitter di Indonesia (dokumenter). Tapi Republik Twitter sangat berbeda, isinya tidak hanya sebatas positif-negatif dari sebuah media sosial. Semua hal yang umum kita jumpai dari twitter diangkat secara blak-blakan. Termasuk pro-kontra twit berbayar & akun anonim.
Republik Twitter berkisah tentang Sukmo, yang mengagumi Hanum di twitter (dan sebaliknya). Merasa sudah memiliki ‘perasaan’ yang sama, Sukmo nekat pergi ke Jakarta untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap berikutnya: sebuah komitmen.
Tapi ketika pertama kali melihat sosok Hanum, Sukmo langsung minder. Hanum adalah jurnalis muda dari kalangan berada, sedangkan Sukmo hanyalah mahasiswa tingkat akhir yang untuk pergi ke Jakarta saja mesti numpang & ngutang.
Takdir membawa Sukmo ke Mas Belo, teman twitternya, yang menawarkan dia pekerjaan: menjalankan kampanye digital (di twitter) untuk seorang politisi. Sukmo menerima tawaran tersebut demi mengejar status sosial agar berani menghadap Hanum. Siapa sangka pekerjaan tersebut justru bisa menolong Hanum mengejar cita-citanya sekaligus mengacaukan persahabatan Sukmo dengan teman-temannya?
Republik Twitter memang film tentang twitter (ya iyalah), dengan kata lain kalau bukan pengguna twitter (saya rasa) sulit menangkap serunya konflik dalam film ini. Meski sebetulnya adegan yang hadir di film Republik Twitter “ngena” juga untuk semua orang yang rutin berselancar di dunia maya:
Jatuh cinta kepada sosok di dunia maya,Kopdar dan menemui kenyataan “di internet asik, kok pas ketemu pendiem ya?” Pemandangan miris betapa jejaring sosial justru malah membuat penggunanya menjadi anti sosial; dan masih banyak lagi.
Semua hal tersebut diramu secara pas dalam film berdurasi lebih dari 100 menit ini. Ya, saya tidak menyangka filmnya akan panjang. Beruntung skenario & pemilihan peran yang tepat sukses membuat film ini jauh dari kata membosankan.
Republik twitter juga menyajikan dialog & adegan yang kocak (saya sempat beberapa kali terbahak mendengarnya), dan memiliki visual yang menarik. Spesial efek di film ini dengan manis sukses membantu penonton memahami peristiwa yang terjadi. Musik pengiringnya juga bagus dan menjadi kesatuan dengan film ini.
Selain itu, Republik Twitter juga membuat beberapa gimmick yang diangkat dari hal-hal yang berkaitan dengan twitter. Menarik juga melihat bumper yang diselipkan di antara beberapa scene ini. Ada yang ingat gambar astronot melayang di situs lockerz? Muncul juga loh di film ini dalam format parodi.
Kalau kamu pengguna aktif twitter, saya sangat merekomendasikan film Republik Twitter. Saya jamin pasti sangat menikmatinya.
Bagaimana kalau bukan pengguna twitter? Hmm.. Sudah ada beberapa peristiwa dunia yang digerakkan/bermula dari twitter. Dan Indonesia sendiri termasuk salah satu negara dengan jumlah pengguna twitter terbesar di dunia. Jadi menyaksikan film ini bisa sedikit menambah wawasan kita, tentang jargon “sekarang ini, suara twitter = suara rakyat”.

Jadi, itulah postingan kali ini. Daripada mubazir saja kalau hanya nonton, dari yang gratisan pula. Yup, saya ikut berkontribusi untuk meriview film karya indo ini. Sangat jarang lo saya mengangumin film karya indo.

End.



No comments:

Post a Comment